MAKALAH BAHASA INDONESIA
"Penalaran Deduktif"
Disusun oleh :
Nama : Imelda Muliawati
Kelas : 3EB22
UNIVERSITAS
GUNADARMA
FAKULTAS
EKONOMI
2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas segala rahmat dan bimbinganNya yang selalu menyertai saya dalam menyelesaikan pembuatan
makalah tentang “Penalaran Deduktif” ini. Makalah ini saya buat berdasarkan tugas yang
diberikan oleh dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia 2 Bapak Budi Santoso yang saya hormati.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan
kritik yang bersifat membangun demi perbaikan ke arah yang lebih baik.
Bekasi, 7 November 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................
i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
BAB I
.......................................................................................................................................
1
PENDAHULUAN ...................................................................................................................
1
1.1 LATAR BELAKANG
...........................................................................................
1
1.2 TUJUAN PENULISAN ........................................................................................
1
1.3 RUMUSAN MASALAH
......................................................................................
1
1.4 METODE PENGUMPULAN DATA ...................................................................
1
BAB II
.....................................................................................................................................
2
PEMBAHASAN
.....................................................................................................................
2
2.1 DEFINISI PENALARAN DEDUKTIF
............................................................... 2
2.2 MACAM-MACAM PENALARAN DEDUKTIF ...............................................
2
2.2.1 SILOGISME ...........................................................................................
2
2.2.3 ENTIMEN
..............................................................................................
8
BAB III
....................................................................................................................................
9
PENUTUP
................................................................................................................................
9
3.1 KESIMPULAN .....................................................................................................
9
DAFTAR PUSTAKA
.............................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sebelum kita mebahas dan memahami lebih jauh mengenai penalaran
deduktif, timbul pertanyaan yang mendasar yang muncul di dalam benak kita
mengapa kita mempelajari penalaran? Kita perlu memahami mengenai penalaran
karena penalaran merupakan hal yang sering kita gunakan sehari hari di dalam
berkomunikasi atau berinteraksi satu dengan yang lainya. Namun di dalam bahasan
kali ini kita membahas penalaran yang penggunaanya di gunakan di dalam Bahasa
Indonesia.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan
disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan
konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut
konsekuensi. Kemampuan menalar menyebabkan manusia mampu mengembangkan
pengetahuan yang merupakan rahasia kekuasaan-kekuasaannya.
1.2
Tujuan Penulisan Makalah
Makalah
ini dibuat bertujuan untuk peningkatan mutu dalam penggunaan Bahasa Indonesia
dalam menguasai kemampuan berfikir, bersifat rasional dan
dinamis berpandangan untuk menganalisa konsep penalaran yang bertolak dari
pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau
sesuatu yang memang salah. Selain itu untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia 2.
1.3
Rumusan Masalah
1.
Ada yang dimaksud dengan penalaran deduktif ?
2.
Apa berapa macam jenis penalaran deduktif ?
3.
Bagaimana penulisan penalaran deduktif didalam
sebuah kalimat dan penulisan ?
1.4
Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusunan
makalah ini kami memperoleh data dengan menggunakan data dari pencarian melalui
internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Penalaran Deduktif
Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera yang menghasilkan sejumlah
konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan berbentuk
proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui
atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya
tidak diketahui, proses inilah yang disebut menalar. Ada dua metode dalam
penalaran, yaitu deduktif dan induktif. Tapi dalam kesempatan ini, saya akan membahas lebih dalam tentang
penalaran deduktif.
Penalaran Deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan
berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang
bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis,
definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Penalaran Deduktif
bisa disebut juga sebagai proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa
prinsip atau sikap yang khusus berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum.
Proses penalaran ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara
deduksi. Yaitu dimulai dari hal-hal umum, mengarah kepada hal-hal yang khusus
atau hal-hal yang lebih rendah.
2.2 Macam-macam Penalaran Deduktif
2.2.1 SILOGISME
Silogisme
merupakan suatu cara penalaran yang formal. Penalaran dalam bentuk ini jarang ditemukan
atau dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kita lebih sering mengikuti polanya
saja, meskipun kadang-kadang secara tidak sadar. Misalnya ucapan “Ia dihukum
karena melanggar peraturan X”, sebenarnya dapat kita kembalikan ke dalam bentuk
formal berikut:
a.
Barang siapa melanggar peraturan X harus dihukum.
b. Ia
melanggar peraturan X.
c. la
harus dihukum.
Bentuk
seperti itulah yang disebut silogisme. Kalimat pertama (premis mayor) dan
kalimat kedua (premis minor) merupakan pernyataan dasar untuk menarik
kesimpulan (kalimat ketiga).
Pada
contoh, kita lihat bahwa ungkapan “melanggar …” pada premis (mayor)
diulangi dalam (premis minor). Demikian pula ungkapan “harus dihukum” di
dalam kesimpulan. Hal itu terjadi pada bentuk silogisme yang standar.
Akan tetapi,
kerap kali terjadi bahwa silogisme itu tidak mengikuti bentuk standar seperti
itu. Misalnya:
Semua
yang dihukum itu karena melanggar peraturan.
Kita
selalu mematuhi peraturan.
Kita
tidak perlu cemas bahwa kita akan dihukum.
Pernyataan
itu dapat dikembalikan menjadi:
a.
Semua yang melanggar peraturan harus dihukum.
b. Kita
tidak pernah melanggar (selalu mematuhi) peraturan.
c. Kita
tidak dihukum.
Secara
singkat silogisme dapat dituliskan Jika A=B dan
B=C maka A=C. Silogisme terdiri dari;
Silogisme Kategorial, Silogisme Hipotetis dan Silogisme Disyungtif.
2.2.1.1 Silogisme Kategorial
Silogisme
Katagorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan katagorial.
Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan
dengan premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor
(premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis
tersebut adalah term penengah (middle term).
Contoh
:
Semua
Tanaman membutuhkan air (premis mayor)
……………M……………...P
Akasia
adalah Tanaman (premis minor)
….S……………..M
Akasia membutuhkan air (konklusi)
Akasia membutuhkan air (konklusi)
….S……………..P
(S = Subjek, P = Predikat, dan M = Middle term)
(S = Subjek, P = Predikat, dan M = Middle term)
Hukum-hukum Silogisme Kategorial
1.
Apabila dalam satu premis partikular, kesimpulan harus partikular juga,
seperti:
Semua yang halal dimakan menyehatkan
Sebagian makanan tidak menyehatkan,
Jadi Sebagian makanan tidak halal
dimakan
(Kesimpulan tidak boleh: Semua
makanan tidak halal dimakan).
2.
Apabila salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif juga,
seperti:
Semua korupsi tidak disenangi.
Sebagian pejabat adalah korupsi,
jadi
Sebagian pejabat tidak disenangi.
(Kesimpulan tidak boleh: Sebagian
pejabat disenangi)
a.
Dari dua premis yang sama-sama negatit, tidak mendapat kesimpulan apa pun,
karena tidak ada mata rantai yang menghubungkan kedua proposisi premisnya.
Kesimpulan diambil bila sedikitnya salah satu premisnya positif. Kesimpulan
yang ditarik dari dua premis negatif adalah tidak sah.
Kerbau bukan bunga mawar.
Kucing bukan bunga mawar.
(Tidak ada kesimpulan)
Tidak satu pun drama yang baik mudah
dipertunjukan.
Tidak satu pun drama Shakespeare
mudah dipertunjukan.
Jadi: Semua drama Shakespeare adalah
baik. (Kesimpulan tidak sah)
b.
Paling tidak salah satu dari term penengah haru: (mencakup). Dari dua premis
yang term penengahnya tidak menghasilkan kesimpulan yang salah, seperti:
Semua ikan berdarah dingin.
Binatang ini berdarah dingin.
Jadi: Binatang ini adalah ikan.
(Padahal bisa juga binatang melata)
c.
Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term predikat yang ada
pada premisnya. Bila tidak, kesimpulan menjadi salah, seperti:
Kerbau adalah binatang.
Kambing bukan kerbau.
Jadi: Kambing bukan binatang.
(‘Binatang’ pada konklusi merupakan
term negatif sedangkan pada premis adalah positif)
d.
Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor.
Bila term penengah bermakna ganda, maka kesimpulan menjadi lain, seperti:
Bulan itu bersinar di langit.
Januari adalah bulan.
Jadi: Januari bersinar di langit.
(Bulan pada premis minor adalah nama
dari ukuran waktu yang panjangnya 31 hari, sedangkan pada premis
mayor berarti planet yang mengelilingi bumi).
e.
Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, preidkat, dan term
menengah (middle term), begitu juga jika terdiri dari dua atau lebih dari
tiga term tidak bisa diturunkan konklusinya.
2.2.1.2 Silogisme
Hipotesis
Silogisme Hipotetis adalah argumen
yang premis mayornya berupa proposisi hipotetis, sedangkan premis minornya
adalah proposisi katagorial.
Ada 4 (empat) macam tipe silogisme
hipotetis :
1.
Silogisme hipotetis yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika hujan, saya naik becak.
Sekarang hujan.
Jadi, saya naik becak.
2.
Silogisme hipotetis yang premis minornya mengakui bagiar konsekuennya, seperti:
Bila hujan, bumi akan basah.
Sekarang bumi telah basah.
Jadi, hujan telah turun.
3.
Silogisme hipotetis yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti:
Jika politik pemerintah dilaksanakan
dengan paksa, maka
kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak
dilaksanakan dengan paksa,
Jadi kegelisahan tidak akan timbul.
4.
Silogisme hipotetis yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya,
seperti:
Bila mahasiswa turun ke jalanan,
pihak penguasa akan gelisah.
Pihak penguasa tidak gelisah.
Jadi mahasiswa tidak turun ke
jalanan.
Hukum-hukum Silogisme Hipotetis
Mengambil konklusi dari silogisme
hipotetis jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorial. Tetapi yang
penting di sini dalah menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya
merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita
lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, jadwal hukum
silogisme hipotetis adalah:
1)
Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
2)
Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
3)
Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
4)
Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
Kebenaran hukum di atas menjadi
jelas dengan penyelidikan.
2.2.1.3 Silogisme Disyungtif
Silogisme Disyungtif adalah
silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disyungtif sedangkan premis
minornya merupakan keputusan kategorial yang mengakui atau mengingkari salah
satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme
hipotetis istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang
semestinya.
Silogisme ini ada dua macam, silogisme
disyungtif dalam arti sempit dan silogisme disyungtif dalam arti luas.
a.
Silogisme disyungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif
kontradiktif, seperti:
la lulus atau tidak lulus.
Ternyata ia lulus, jadi
la bukan tidak lulus.
b.
Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayomya mempunyai alternatif bukan
kontradiktif, seperti:
Hasan di rumah atau di pasar.
Ternyata tidak di rumah.
Jadi di pasar.
Silogisme disyungtif dalam arti
sempit maupun arti luas mempunyai dua tipe yaitu:
1)
Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusi-nya adalah mengakui
alternatif yang lain, seperti:
la berada di luar atau di
dalam.
Ia berada di luar atau di dalam.
Ternyata tidak berada di
luar.
Ternyata tidak berada di dalam.
Jadi ia berada di
dalam.
Jadi ia berada di luar.
2)
Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari
alternatif yang lain, seperti:
Budi di masjid atau di
sekolah.
Budi di masjid atau di sekolah.
la berada di
masjid.
Ia berada di sekolah.
Jadi ia tidak berada di
sekolah.
Jadi ia tidak berada di masjid.
Hukum-hukum Silogisme Disyungtif
1.
Silogisme disyungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar,
apabila prosedur penyimpulannya valid, seperti :
2.
Silogisme disyungtif dalam arti luas, kebenaran koi adalah sebagai berikut:
a.
Bila premis minor mengakui salah satu alterna konklusinya sah (benar), seperti:
Budi menjadi guru atau
pelaut.
Budi menjadi guru atau pelaut.
la adalah
guru.
Ia adalah
pelaut.
Jadi ia bukan
pelaut.
Jadi ia buka guru.
2.2.2 ENTIMEN
Merupakan silogisme yang salah satu
proposisinya dihilangkan tetapi proposisi tersebut dianggap ada dalam pikiran
dan dianggap oleh orang lain. Entimen pada dasarnya adalah silogisme.
Contoh :
Premis mayor
(MY): manusia mahluk rasional
Premis minor (MN):
kucing bukan manusia
Kesimpulan (K):
kucing tidak rasional
Premis mayor (MY):
setiap manusia pernah lupa
Premis minor
(MN): mahasiswa adalah
manusia
Kesimpulan (K):
mahasiswa
pernah lupa
Dapat diuraikan sebagai berikut :
a.
Silogisme merupakan bentuk penalaran deduktif yang formal.
b.
Proses penalaran dimulai dari premis mayor melalui premis minor sampai pada
kesimpulan.
c.
Strukturnya tetap: premis mayor, premis minor, kesimpulan.
d.
Premis mayor berisi pernyataan umum.
e.
Premis minor berisi pernyataan yang lebih khusus yang merupakan bagian premis
mayor.
f.
Kesimpulan dalam silogisme selalu lebih khusus daripada premisnya.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Penalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang khusus berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yaitu dimulai dari hal-hal umum, mengarah kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Penalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang khusus berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yaitu dimulai dari hal-hal umum, mengarah kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Ø http://andhitaririe.blogspot.co.id/2013/03/makalah-penalaran-deduktif.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar