NPM : 24213334
Kelas : 2EB22
Menjauh bukan
berarti melupakan
Kini bayangmu
masih menghampiri, dikala ku berusaha untuk menghapus bayang itu. Kau terus
singgah dipikiranku, meski dengan keras ku coba untuk tak memikirkanmu. Ya,
menjauh bukan berarti melupakan. Aku menjauhimu bukan karena inginku, ini
karena keadaan memaksaku melakukan ini. Aku menjauh, akupun yang menderita. Bahkan
senyumanmu terus menggerayangi otakku, tak bisakah kau menyingkir? Menyingkirlah
dari pikiran dan hatiku. Tak lelahkah kau terus menghampiri mimpiku? Apa aku
yang terlalu memikirkanmu hingga dalam mimpi pun aku tak mau jauh darimu? Sungguh
perasaan ini begitu menyiksa, bahkan hati ini pun tertusuk saat aku menahan
diri untuk tak menghubungimu. Ya, aku tak tahan. Meski sudah berusaha keras,
apalah dayaku? Aku yang selalu dikalahkan oleh perasaan ini, aku yang terus mengalah pada keegoisan hatiku.
Mengapa begitu sulit untuk melupakan? Mengapa begitu sulit untuk menghapusmu
dari hatiku? Mengapa kau tak kunjung pergi dari pikiranku?
Bodohkah aku?
Ya, perasaan ini membuatku menjadi bodoh. Perasaan yang seharusnya tak
kumiliki. Perasaan yang tak seharusnya kurasakan denganmu. Taukah kau? Secara diam-diam
sorot mataku selalu mencarimu, hatiku begitu gelisah saat mata ini tak dapat
melihatmu. Bahkan mata dan hatiku pun bersatu untuk membatalkan tekadku.
Kini akupun
begitu tak konsisten. Serangkaian keputusan yang ku ambil kadang tak dapat ku
jalankan. Ya, ini karena perasaanku berkata lain. Kadang aku mencoba tuk menghidarimu,
tapi apa? Saat kau sedikit berubah dan acuh padaku, aku malah kembali
mengejarmu. Kenapa perasaan tak secerdas logika? Mengapa logika ku seakan
melemah saat itu berhubungan denganmu?
Taukah kau? Saat
aku mengacuhkanmu ketika kau berada di hadapanku, secara diam-diam aku tetap
memperhatikanmu. Aku tetap mencari bayangmu, saat kau melihatku aku beralih
pandang, saat kau tak melihatku aku sedang mengenyangkan mataku dengan terus
melihatmu. Akupun bingung dengan diriku sendiri, mengapa begitu bodoh? Mengapa aku
mau menjadi budak cinta?
Kadang saat
aku merindukanmu, aku mencoba mengingat kembali semua kenangan kita. Ya,
kenangan yang terus melekat dan tak mau lepas. Namun, aku sudah berkomitmen
dengan diriku sendiri. Saat aku mengingat akan komitmen itu akupun mulai
mengalihkan otakku dari bayangmu. Ada hal yang mempermudahku tuk melupakanmu,
itu adalah kenanganmu dengannya. Ya, kadang itu membantu sangat banyak. Karena setiap
kali aku mengingat kenanganmu dengannya, hatiku seakan dapat menguatkan
tekadku. Tekadku untuk melupakanmu.
Kini biarlah
kau hilang, hilanglah dari hatiku, hilanglah dari otakku, hilanglah dari
pikiranku. Biarkan perasaan ini luntur dengan sendirinya, biarkan perasaan ini
dapat kembali seperti saat pertama kita bertemu. Saat aku belum mempunyai
perasaan ini untukmu. Saat perasaanku benar-benar murni hanya untuk berteman. Kini
aku terima jika kau ingin menjauhiku juga, ya aku terima jika kau sudah bosan
dengan aku yang terus acuh. Mungkin jalan kita memang berbeda, biarkan aku
belajar untuk melupakanmu, biar proses ini menuai hasil pada akhirnya. Sampai saat
itu tiba, biarkan aku sesekali untuk mengenang kebersamaan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar